Photobucket
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites More

Rumoh Aceh

Rumah adat dari DI Aceh adalah Rumoh Aceh. Rumoh Aceh merupakan rumah panggung dengan tinggi tiang antara 2,50-3 meter, terdiri dari tiga atau lima ruang, dengan satu ruang utama yang dinamakan rambat. Rumoh dengan tiga ruang memiliki 16 tiang, sedangkan Rumoh dengan lima ruang memiliki 24 tiang. Sramoe reunyeun atau serambi bertangga adalah tempat masuk ke Rumoh yang selalu berada di sebelah timur. Pintu utama Rumoh Aceh tingginya selalu lebih rendah dari ketinggian orang dewasa. Biasanya ketinggian pintu ini hanya berukuran 120-150 cm sehingga setiap orang yang masuk ke Rumoh Aceh harus menunduk. Namun, begitu masuk, kita akan merasakan ruang yang sangat lapang karena di dalam rumah tak ada perabot berupa kursi atau meja. Semua orang duduk bersila di atas tikar ngom (dari bahan sejenis ilalang yang tumbuh di rawa) yang dilapisi tikar pandan.
Walaupun hanya terbuat dari kayu, beratap daun rumbia, dan tidak menggunakan paku, Rumoh Aceh bisa bertahan hingga 200 tahun. Selain sebagai manifestasi dari keyakinan masyarakat dan adaptasi terhadap lingkungannya, keberadaan Rumoh Aceh juga untuk menunjukan status sosial penghuninya. Semakin banyak hiasan pada Rumoh Aceh, maka pastilah penghuninya semakin kaya. Bagi keluarga yang tidak mempunyai kekayaan berlebih, maka cukup dengan hiasan yang relatif sedikit atau bahkan tidak ada sama sekali.
Pembuatan Rumoh Aceh
Bahan-Bahan
Untuk membuat Rumoh Aceh, bahan-bahan yang diperlukan di antaranya adalah:
  • Kayu. Kayu merupakan bahan utama untuk membuat Rumoh Aceh. Kayu digunakan untuk membuat tameh (tiang), toi, roek, bara, bara linteung, kuda-kuda, tuleueng rueng, indreng, dan lain sebagainya.
  • Papan, digunakan untuk membuat lantai dan dinding.  
  • Trieng (bambu). Bambu digunakan untuk membuat gasen (reng), alas lantai, beuleubah (tempat menyemat atap), dan lain sebagainya.
  • Enau (temor). Selain menggunakan bambu, adakalanya untuk membuat lantai dan dinding Rumoh Aceh menggunakan enau.
  • Taloe meu-ikat (tali pengikat). Tali pengikat biasanya dibuat dari tali ijuk, rotan, kulit pohon waru, dan terkadang menggunakan tali plastik.
  • Oen meuria (daun rumbia), digunakan untuk membuat atap.
  • Daun enau. Selain mengunakan  oen meuria, terkadang untuk membuat atap menggunakan daun enau.
  • Peuleupeuk meuria (pelepah rumbia). Bahan ini digunakan untuk membuat dinding rumah, rak-rak, dan sanding.
 Tahapan Pembangunan Rumah Rakit
Bagi masyarakat Aceh, membangun rumah bagaikan membangun kehidupan itu sendiri. Hal itulah mengapa pembangunan yang dilakukan haruslah memenuhi beberapa persyaratan dan melalui beberapa tahapan. Persyaratan yang harus dilakukan misalnya pemilihan hari baik yang ditentukan oleh Teungku (ulama setempat),  pengadaan kenduri, pengadaan kayu pilihan, dan sebagainya. Oleh karena proses pembuatan Rumoh Aceh dilakukan secara cermat dengan berlandaskan kepada pengetahuan lokal masyarakat, maka Rumoh Aceh walaupun terbuat dari kayu mampu bertahan hingga ratusan tahun lamanya.
Adapun tahapan-tahapan pembangunan Rumoh Aceh adalah: (1) musyawarah, (2) pengumpulan bahan, (3) pengolahan bahan, dan (4) perangkaian bahan. Tahapan paling awal untuk mendirikan Rumoh Aceh adalah melakukan musyawarah keluarga. Kemudian dilanjutkan dengan memberiatahukan rencana pendirian rumah tersebut kepada Teungku. Tujuannya adalah untuk mendapatkan saran-saran tentang apa yang harus dilakukan agar rumah yang dibangun dapat memberikan ketenangan, ketenteraman, dan sejahtera  baik lahir maupun batin kepada penghuninya.
Setelah mendapatkan saran-saran dari Teungku, dilanjutkan dengan pengadaan bahan. Pengadaan bahan-bahan dilakukan secara gotong royong. Kayu yang baik adalah kayu yang tidak dililiti akar dan apabila kayu ditebang, rebahnya tidak menyangkut kayu yang lain. Kayu-kayu tersebut kemudian dikumpulkan di suatu tempat yang terlindung dari hujan. Jika waktu pembangunan masih lama, adakalanya bahan-bahan tersebut direndam terlebih dahulu di dalam air, tujuannya agar kayu-kayu tersebut tidak dimakan babuk
Tahap berikutnya adalah mengolah kayu sesuai dengan kegunaannya masing-masing. Setelah semuanya siap, maka dimulailah pendirian Rumoh Aceh. Pendirian awal Rumoh Aceh ditandai dengan pembuatan landasan untuk memancangkan kayu. Kayu yang pertama dipancangkan adalah tiang utama (tiang raja) dan dilanjutkan dengan tiang-tiang yang lain. Setelah semua tiang terpancang, dilanjutkan dengan pembuatan bagian tengah rumah, yang meliputi lantai rumah dan dinding rumah. Kemudian dilanjutkan dengan pembuatan bagian atas rumah yang diakhiri dengan pemasangan atap. Bagian terakhir pembangunan Rumah Aceh adalah finishing, yaitu pemasangan ornamen pendukung seperti  ragam hias dan sebagainya.
Bagian-Bagian Rumoh Aceh
Secara umum, terbagi atas tiga bagian, yaitu: bagian bawah, bagian tengah, dan bagian atas.

a. Bagian bawah
Bagian bawah Rumoh Aceh  atau yup moh merupakan ruang antara tanah dengan lantai rumah. Bagian ini berfungsi untuk tempat bermain anak-anak, kandang ayam, kambing, dan itik. Tempat ini juga sering digunakan kaum perempuan untuk berjualan dan membuat kain songket Aceh.
Tempat ini juga digunakan untuk menyimpan jeungki atau penumbuk padi dan krongs atau tempat menyimpan padi berbentuk bulat dengan diameter dan ketinggian sekitar dua meter.
b. Bagian tengah
Bagian tengah Rumoh Aceh merupakan tempat segala aktivitas masyarakat Aceh baik yang bersifat privat ataupun bersifat public. Pada bagian ini, secara umum terdapat tiga ruangan, yaitu: ruang depan, ruang tengah, dan ruang belakang. 
  • Ruang depan (seuramo reungeun). Ruangan ini disebut juga Seuramou-keu (serambi depan). Disebut ruang atau serambi depan karena di sini terdapat bungeun atau tangga untuk masuk ke rumah. Ruangan ini tidak berkamar-kamar dan pintu masuk biasanya terdapat di ujung lantai di sebelah kanan. Tapi ada pula yang membuat pintu menghadap ke halaman, dan tangganya di pinggir lantai. Dalam kehidupan sehari-hari ruangan ini berfungsi untuk menerima tamu, tempat tidur-tiduran anak laki-laki, dan tempat anak-anak belajar mengaji. Pada saat-saat tertentu misalnya pada waktu ada upacara perkawinan atau upacara kenduri, maka ruangan ini dipergunakan untuk makan bersama.
  • Ruangan tengah. Ruangan ini merupakan inti dari Rumoh Aceh, oleh karenanya disebut Rumoh Inong (rumah induk). Lantai pada bagian ini lebih tinggi dari ruangan lainnya, dianggap suci, dan sifatnya sangat pribadi. Di ruangan ini terdapat dua buah bilik atau kamar tidur yang terletak di kanan-kiri dan biasanya menghadap utara atau selatan dengan pintu menghadap ke belakang. Di antara kedua bilik tersebut terdapat gang (rambat) yang menghubungkan ruang depan dan ruang belakang. Fungsi Rumoh Inong adalah untuk tidur kepala keluarga, dan Anjong untuk tempat tidur anak gadis. Bila anak perempuannya kawin, maka dia akan menempati Rumah Inong sedang orang tuanya pindah ke Anjong. Bila anak perempuannya yang kawin dua orang, orang tua akan pindah ke serambi atau seuramo likot, selama belum dapat membuat rumah baru atau menambah/memperlebar rumahnya. Di saat ada acara perkawinan, mempelai dipersandingkan di Rumoh Inong, begitu pula bila ada kematian Rumoh Inong dipergunakan sebagai tempat untuk memandikan mayat.
  • Ruang belakang disebut seuramo likot.  Lantai seuramo likot tingginya sama dengan seuramo rengeun (serambi depan), dan ruangan ini pun tak berbilik. Fungsi ruangan ini sebagian dipergunakan untuk dapur dan tempat makan,dan biasanya terletak di bagian timur ruangan. Selain itu juga dipergunakan untuk tempat berbincang-bincang bagi para wanita serta melakukan kegiatan sehari-hari seperti menenun dan menyulam.
Namun, adakalanya dapur dipisah dan berada di bagian belakang serambi belakang. Ruangan ini disebut Rumoh dapu (dapur). Lantai dapur sedikit lebih rendah dibanding lantai serambi belakang.

c. Bagian atas
Bagian ini terletak di bagian atas serambi tengah. Adakalanya, pada bagian ini diberi para (loteng) yang berfungsi untuk menyimpan barang-barang keluarga. Atap Rumoh Aceh biasanya terbuat dari daun rumbia yang diikat dengan rotan yang telah dibelah kecil-kecil.
Ragam Hias
Dalam Rumoh Aceh, ada beberapa motif hiasan yang dipakai, yaitu: (1) motif keagamaan. Hiasan Rumoh Aceh yang bercorak keagamaan merupakan ukiran-ukiran yang diambil dari ayat-ayat al-Quran; (2) motif flora. Motif flora yang digunakan adalah stelirisasi tumbuh-tumbuhan baik berbentuk daun, akar, batang, ataupun bunga-bungaan. Ukiran berbentuk stilirisasi tumbuh-tumbuhan ini tidak diberi warna, jikapun ada, warna yang digunakan adalah Merah dan Hitam. Ragam hias ini biasanya terdapat pada rinyeuen (tangga), dinding, tulak angen, kindang, balok pada bagian kap, dan jendela rumah; (3) motif fauna. Motif binatang yang biasanya digunakan adalah binatang-binatang yang sering dilihat dan disukai; (4) motif alam. Motif alam yang digunakan oleh masyarakat Aceh di antaranya adalah: langit dan awannya, langit dan bulan, dan bintang dan laut; dan (5) motif lainnya, seperti rantee, lidah, dan lain sebagainya.

Referensi : http://www.wisatamelayu.com

Sabtu, 22 Januari 2011

Alam Nusantara Kita

Dikala aku menatap langit yang sudah mulai kehilangan warna birunya...aku selalu berfikir jikalau suatu saat akan kembali lagi seperti dulu...hutan kembali rindang seperti dulu,dan lautan kembali membiru dan banyak di tumbuhi aneka macam karang dan aneka macam jenis ikan seperti dulu, malam yang hangat dan di selimuti bintang bintang serta cahaya rembulan yang selalu membawa kedamaian buat nusantara kita, dan matahari yang memancarkan teriknya, memberikan sejuta manfaat bagi  nusantara kita, namun semua itu hanyalah suatu khayalan belaka, rembulan di nusantara kita kini tak lagi memancarkan cahaya kedamaianya, akan tetapi membawa aura kebencian membuat malam di nusantara kita semakin dingin dan menakutkan. dan matahari   kini semakin panas dan menakutkan seolah -olah membawa sejuta amarah kepada nusantara kita , karena alam kita sudah tidak seperti dulu lagi.hutan di nusantara kita sudah berubah menjadi kota dan polusi dimana - mana,laut di nusantara kita kini sudah tidak biru lagi dan kini sudah berubah menjadi coklat kehitam-hitaman karena limbah pabrik dan sampah-sampah dimana - mana tanpa ada yang mau peduli.nusantara kita sudah mulai rapuh, nusantara kita tak lagi bisa memancarkan sinar biru keemasanya sepeti dulu lagi.nusantara kita hanya bisa membisu dan menatap penuh amarah dikala kita semua mencampakkannya dan tak mau peduli lagi kepada alam ini,sampah -sampah berserakan dimana mana dan menyumbat semua selokan - selokan,sungai -sungai tak lagi bisa mengalir dan kita tak mau peduli sedikit pun, dikala banjir melanda, kita saling menyalahkan  tanpa ada solusi yang pasti, alam disalahkan kembali, alam dijadikan kambing hitam lagi, padahal ulah kita sendiri. bencana sering terjadi melanda di ujung  dan di tengah - tengah nusantara ini, iklim - iklim sudah tidak seperti dulu lagi, kini semua telah berubah entah karena apa, entah karena ulah kita selama ini yang senantiasa mengabaikan dan menutup mata serta acuh tak mau peduli kepada alam ini, ataukah alam sudah tidak bersahabat lagi,semua itu kembali ke hati nurani kita masing masing. selain itu iklim - iklim saat ini semakin buruk dan semakin menakutkan bagi kita,tiada jalan lain bagi kita kalau alam sudah menampakkan amarahnya kepada nusantara kita seperti ini, mungkin yang bisa kita lakukan hanyalah berdo'a dan meminta ampun serta bersatu untuk memperbaiki semua kelalaian kita selama ini untuk menata kembali nusantara ini ,dampak yang begitu nyata yang telah ditunjukkan oleh alam terhadap nusantara kita saat ini tiada lain adalah berbagai bencana yang sering terjadi di nusantara kita, sebagai contoh angin topan serta angin puting beliung sering menyapa nusantara kita, tetapi kita selalu tetap saja menghiraukan dan mengabaikannya, kita selalu mengangap semua itu adalah takdir dan cobaan , kita tidak pernah memikirkan sedikitpun teguran ini, dan tetap saja membuang sampah dan menebang pohon sembarangan serta meratakan hutan hutan untuk dijadikan hunian -hunian elite,padahal pohon-pohon dan bambu- bambu selain berfungsi sebagai penyerapan kelebihan air dan sebagai penangulangan banjir, selain itu juga bermanfaat sebagai pemecah angin apabila ada angin yang menerpanya supaya tidak sampai terjadi sesuatu hal yang menakutkan melanda perkampungan kita seperti pemukiman kita hancur terkena puting beliung dan lain - lain. Tapi mengapa kalau fungsi pohon-pohon dan bambu - bambu begitu besar bagi nusantara kita, masih saja ada manusia - manusia yang tidak bertanggung jawab menebang seenaknya demi rupiah tanpa peduli akibat dari semua itu terhadap nusantara kita ini, inilah kelalaian kita selama ini, kelalaian yang di sengaja oleh manusia manusia yang tidak bertanggung jawab yang lebih mementingkan dirinya sendiri daripada lingkunganya,disisi lain di belahan nusantara bag. timur kita tidak sedikit yang kehausan dan kekringan karena kekurangan air bersih dan dibelahan nusantara bag.barat kita banyak yang hancur pemukimannya karena diporak - porandakan banjir bandang,tsunami serta angin puting beliung,dan dibelahan nusantara bag.tengah gempa bumi,gunung meletus dan longsor meratakan semuanya, banyak korban yang tak berdosa terkena imbasnya.itu semua adalah murka alam dan itu semua adalah teguran buat kita, karena alam bukan sekedar logika geografis semata bukan hanya karena nusantara kita berada diantara dua benua dan dua samudera karenanya nusantara kita mengalami cobaan yang begitu mengerikan seperti ini, diwaktu lempeng bumi bergeser dan iklim yang tak menentu yang kadang kala bisa menjadi buruk dan mengerikan bagi kehidupan kita semua. mungkin sudah saatnya kita semua merenung dan tidak lagi mengkambing hitamkan alam ini,sudah saatnya kita bersatu dan mulai berfikir bahwasanya
alam juga mempunyai jiwa dan alam juga mempunyai usia sama seperti kita, maka dari itu alam juga perlu dijaga,alam juga perlu dilestarikan dan di pelihara,insya allah alam akan selalu menjaga nusantara kita dari bencana bencana yang akhir akhir ini sering melanda nusantara.
semoga dari dampak dampak yang sudah terjadi karena disebabkan keadaan alam yang sudah tidak bersahabat dan perubahan iklim yang buruk di nusantara kita ini, kita lebih mengerti dan memahami arti sebuah kepedulian. peduli terhadap sesama, peduli terhadap alam dan peduli terhadap nusantara,
dengan membiasakan hal hal yang baik mulai dari sekarang dengan membuang sampah pada tempatnya,tidak melakukan penebangan liar,galakkan keluarga berencana,gencarkan anti rokok dan peremajaan serta kurangi produksi kendaraan roda dua dan roda empat,melakukan penghijauan di area hutan gundul dan menjaga pencemaran air dari limbah pabrik dan masih banyak lagi.semua itu bisa kita lakukan kalau kita semua bersatu dan mempunyai rasa kepedulian yang tinggi terhadap alam dan nusantara ini. karena kita semua sangat membutuhkan alam ini, kalau bukan kita siapa lagi yang akan merawat dan menjaga alam ini. dan insya allah alam kita akan kembali seperti dulu lagi, hutan - hutan mulai rindang dan di penuhi dengan hewan - hewan, lautan sudah di tumbuhi karang -karang lagi dan aneka macam ikan, sungai - sungai  mengalir kembali serta udara menjadi segar dan menyehatkan, terik matahari bukan lagi ancaman melainkan anugerah buat nusantara kita, dan rembulan malam sudah mengeluarkan cahayanya yang begitu hangat dan membawa kedamaian buat  nusantara kita.semua ini bisa terwujud kalau kita mau bersatu dan peduli terhadap lingkungan kita. dan insya allah alam nusantara kita bisa tersenyum kembali,


author by :candra setiyawan referensi dari hati nurani

Rabu, 19 Januari 2011